Pengelolaan
Lingkungan Rumah Dengan Sistem Panen Hujan
Hujan, hujan, hujan..... Itulah
yang biasa kita katakan bila hujan datang dan sumpah serapah lainnya. Karena
hujan banyak sekali aktifitas terhenti, air yang turun dari langit-langit
rumah, jalan-jalan becek, serta daerah yang banjir jika turun hujan. Namun ada
yang memanfaatkan air hujan, pernah mendengar tentang air hujan buat aki ? Hal
itu mungkin baru segelintir dari kita mau berfikir tentang pemanfaatan air
hujan. Dikarenakan hujan secara teori merupakan hasil dari evaporasi sebagian
besar dari laut sebagian lagi dari permukaan bumi ini. Air hujan termasuk air
bersih, dan juga mensucikan bagi orang muslim karena bisa dipakai untuk menjadi
air wudhu. Jika kita mau berfikir hujan adalah rahmat. Untuk mengendalikan hal
besar kita harus memulainya dari hal yang terkecil. Air hujan yang keluar dari
langit-langit rumah yang bocor kita tampung pake ember bisa aja penuh, apalagi
jika hujan itu terus menerus dalam intensitas yang tinggi. wajarkan kalau
bumi ini bisa banjir.
Sistem Panen Hujan
Nah ini
kedengarannya asyik, karena kita biasa mendengar kata panen dari hasil
pertanian, perkebunan ataupun dari perikanan. Sama halnya dengan kata panen
dalam ketiga bidang tersebut, kita hanya mengumpulkan setitik demi setitik air
hujan yang jatuh ke bumi. Panen hujan
merupakan suatu cara menampung air pada musim hujan untuk dapat dipergunakan
pada saat musim kemarau.Jangan takut dan ragu jika kita memanen air
hujan tidak akan terkena bayaran seperti PDAM ataupun tagihan dari pemerintah
tentang pajak air hujan. Sebenarnya dari zaman dahulu air hujan sudah
mulai ditampung dan disimpan pada gentong-gentong ukuran lumayan besar, yang
dipakai untuk minum, mandi dan keperluan rumah tangga lainnya.
Jumlah
air di bumi sangat banyak; namun jumlah air bersih yang tersedia belum dapat
memenuhi permintaan sehingga banyak orang menderita kekurangan air. Chiras
(2009) menyebutkan bahwa kekurangan air dipicu naiknya permintaan seiring
peningkatan populasi, tidak meratanya distribusi air, meningkatnya polusi air
dan pemakaian air yang tidak efisien. Beberapa penelitian mengindetifikasi
bahwa pada rumah tangga kekurangan air diperburuk kebocoran air akibat
kerusakan home appliances yang tidak segera diperbaiki, pemakaian home
appliances yang boros air, perilaku buruk dalam pemakaian air, dan minimnya
pemanfaatan air hujan sebagai sumber air alternatif. Pemakaian air yang tidak
terkontrol akan mengancam keberlanjutan air, sehingga perlu dilakukan
konservasi air. Salah satu metode konservasi air dalam rumah tangga adalah
memanen air hujan, yaitu mengumpulkan, menampung dan menyimpan air hujan.
Secara
ekologis ada empat alasan mengapa memanen air hujan penting untuk konservasi
air (Worm, Janette & Hattum, Tim van, 2006), yaitu:
- Peningkatan
kebutuhan terhadap air berakibat meningkatnya pengambilan air bawah tanah
sehingga mengurangi cadangan air bawah tanah. Sistem pemanenan air hujan
merupakan alternatif yang bermanfaat.
- Keberadaan
air dari sumber air seperti danau, sungai, dan air bawah tanah sangat
fluktuatif. Mengumpulkan dan menyimpan air hujan dapat menjadi solusi saat
kualitas air permukaan, seperti air danau atau sungai, menjadi rendah
selama musim hujan, sebagaimana sering terjadi di Bangladesh.
- Sumber
air lain biasanya terletak jauh dari rumah atau komunitas pemakai.
Mengumpulkan dan menyimpan air di dekat rumah akan meningkatkan akses
terhadap persediaan air dan berdampak positif pada kesehatan serta
memperkuat rasa kepemilikan pemakai terhadap sumber air alternatif ini.
- Persediaan
air dapat tercemar oleh kegiatan industri mupun limbah kegiatan manusia
misalnya masuknya mineral seperti arsenic, garam atau fluoride. Sedangkan
kualitas air hujan secara umum relatif baik.
Ada tiga
komponen dasar yang harus ada dalam sistem pemanenan air hujan yaitu:
- Catchment,
yaitu penangkap air hujan berupa permukaan atap
- Distribution
System, yaitu sistem penyaluran air hujan dari atap ke tempat penampungan
melalui talang dan pemipaan.
- Storage
Reservoir, yaitu tempat penyimpan air hujan berupa tong, bak atau kolam.
- Komponen
dasar diatas secara optional dapat dilengkapi dengan komponen pendukung
seperti pompa air untuk memompa air dari bak atau kolam penampung. (Worm,
Janette & van Hattum, Tim 2006; Chao-Hsien Liaw & Yao-Lung Tsai
2004).
Kendala yang dihadapi dalam memanen air hujan antara lain frekuensi dan kuantitas hujan yang fluktuatif serta kualitas air hujan belum memenuhi pedoman standar air bersih WHO. Ada dua isu terkait kualitas air hujan, yaitu isu bacteriological water quality dan isu insect vector.
- Bacteriological
Water Quality. Air hujan dapat terkontaminasi oleh kotoran yang ada di
catchment area (atap) sehingga disarankan untuk menjaga kebersihan atap.
Penampung air hujan juga harus memiliki tutup agar terhindar dari kotoran.
Bacteria tidak dapat hidup di air yang bersih. Lumut dapat hidup jika ada
sinar matahari menembus tong penampung air, oleh sebab itu tong penampung
air hujan sebaiknya dibiarkan gelap dan diletakkan di tempat teduh agar
lumut tidak dapat tumbuh.
- Insect
Vector. Serangga dapat berkembang biak dengan meletakkan telurnya dalam
air. Oleh karena itu sebaiknya tong penampung air ditutup rapat untuk
menghindari masuknya serangga seperti nyamuk.
Ada
beberapa metode perlakuan sederhana dalam pemakaian air hujan, antara
lain:
- Merebus
air akan mematikan bakteri
- Menambahkan
chlorine (35ml sodium hypochlorite per 1000 liter air) akan mendisinfeksi
air
- Filtrasi
pasir (biosand) akan menghilangkan organisme berbahaya (Thomas, tanpa
tahun). Worm & van Hattum (2006) menyebutkan sekarang dikembangkan
teknik SODIS (Solar Water Disinfection) yaitu botol plastic yang sudah
dicat hitam diisi air dan dijemur beberapa jam dengan tujuan untuk
mematikan bacteria dan mikroorganisme dalam air hujan.
Di Taiwan
secara tradisional praktek memanen air hujan banyak dilakukan di daerah yang
memiliki persediaan sumber air permukaan atau air bawah tanah yang terbatas
(Chao-Hsien Liaw & Yao-Lung Tsai 2004). Hasil pengamatan penulis
menunjukkan meskipun memanen air hujan merupakan teknik yang sederhana, murah
dan tidak membutuhkan keahlian atau pengetahuan khusus namun belum banyak
dilakukan di Indonesia. Padahal praktek memanen air hujan penting sebagai
alternative sumber air. Diperkirakan sebagian besar masyarakat belum menyadari
pentingnya memanen air hujan sebagai salah satu upaya menghemat air akibat
kurangnya pengetahuan dan informasi. Selain itu kemungkinan masyarakat juga
merasa yakin tidak akan mengalami kekurangan air karena secara umum air
melimpah di Indonesia. Untuk mengetahui lebih detail mengenai hal itu tentu
perlu dilakukan penelitian secara lebih lanjut.Dari fakta tersebut dapat
disimpulkan bahwa diperlukan :
- Peran
pemerintah agar praktek memanen air hujan dapat dilakukan secara luas.
- Pemerintah
perlu melakukan komunikasi, informasi dan edukasi public agar masyarakat
dapat tertarik perhatiannya, memahami, menyadari dan bersedia melakukannya
di rumah masing-masing. Jika memanen air hujan dipraktekkan secara luas,
maka masalah kekurangan air pada rumah tangga dapat dihindari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar