PENDEKATAN EKOSISTEM
Pengertian Ekosistem
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar yang
menyangkut proses interaksi organisme hidup dengan lingkungan mereka. Istilah
tersebut pada mulanya diperkenalkan oleh A.G.Tansley pada tahun 1935.
Sebelumnya, telah digunakan istilah-istilah lain yairu biocoenosis dan
mikrokosmos. Setiap ekosistem memiliki enam komponen yaitu produsen,
makrokonsumen, mikrokonsumen, bahan anorganik, bahan organik, dan kisaran iklim
(Resosoedarmo,
1990). Perbedaan antar ekosistem hanya
pada unsur-unsur penyusun masing-masing komponen tersebut. Masing-masing
komponen ekosistem mempunyai peranan dan mereka saling terkait dalam
melaksanakan proses-proses dalam ekosistem. Proses-proses dalam ekosistem
meliputi aliran energi, rantai makanan, pola keanekaragaman, siklus materi,
perkembangan, dan pengendalian.
Susunan Ekosistem
Dilihat dari susunan dan fungsinya,
suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut:
a. Komponen autotrof
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis
makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan
energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai
produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
b.
Komponen heterotrof
Heterotrof merupakan organisme yang
memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut
disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia,
hewan, jamur, dan mikroba.
c.
Bahan tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik
dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup
merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan
tempat hidup.
d.
Pengurai (dekomposer)
Pengurai adalah organisme heterotrof
yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik
kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan
melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
Pengertian Lingkungan Hidup
Lingkungan
hidup merupakan tempat, wadah atau ruang yang ditempati oleh makhluk hidup dan
tak hidup yang berhubungan dan saling ketergantungan satu sama lain, baik
antara makhluk-makhluk itu sendiri maupun antara makhluk itu dengan alam
sekitarnya (M. Harun, 1995). Menurut D. Valentinus (1995),
lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi
perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan
bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kalian berada di
sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta
karyawan dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang
ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun
lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah dan
berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.
Unsur
– Unsur Lingkungan Hidup
Unsur-unsur
lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik)
yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup seperti manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah,
maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam
kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama
manusia.
2. Unsur Sosial Budaya.
Unsur sosial budaya
yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem
nilai, gagasan dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan
masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang
diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik)
yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup seperti
tanah, air, udara, iklim dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat
besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan,
apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi
asap. Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar.
Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan
musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit dan lain-lain (Darsono,
1995).
Kerusakan
Lingkungan Hidup
Berdasarkan
faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu:
1. Bentuk Kerusakan Lingkungan
Hidup Akibat Peristiwa Alam
Berbagai bentuk
bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan
dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang
memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher
yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang
dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi. Peristiwa alam lainnya yang
berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Letusan gunung berapi
b. Gempa bumi
c. Angin topan
2. Kerusakan Lingkungan Hidup
Karena Faktor Manusia
Manusia sebagai
penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian
lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu
merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan
modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan
manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi
berikutnya (Dwijoseputro, 1994). Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia
membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Beberapa bentuk
kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia antara lain:
a. Terjadinya pencemaran
(pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan
industri.
b. Terjadinya banjir,
sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan
kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah
longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan (M Harun, 1993).
Permasalahan
Lingkungan
Dalam suatu lingkungan hidup yang baik,
terjalin suatu interaksi yang harmonis dan seimbang antar komponen-komponen
lingkungan hidup. Stabilitas keseimbangan dan keserasian interaksi antara
komponen lingkungan tersebut tergantung pada usaha manusia. Ada dua kejadian
yang dianggap mengganggu stabilitas lingkungan yaitu perusakan dan pencemaran
(M Harun, 1993).
Perusakan lingkungan adalah perbuatan
manusia yang secara langsung ataupun tidak langsung mengakibatkan rusaknya
suatu lingkungan. Penggalian tanah pasir atau batuan yang mengandung resiko
tanah longsor dan banjir adalah sekedar contoh perusakan lingkungan yang masih
merajalela (Dwijoseputro, 1994). Bentuk-bentuk pencemaran dapat dikategorikan
sebagai:
a. Pencemaran udara oleh
limbah atau buangan dari rumah tangga, pabrik, dan alat transportasi.
Pencemaran dapat berupa gas CO2, CO, SO2, NH3, H2S.
b. Pencemaran air oleh
limbah pabrik dan rumah tangga, sisa-sisa pestisida, hujan asam.
c. Pencemaran tanah oleh
air yang sudah tercemar oleh limbah dan sampah dari pabrik.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar