Minggu, 08 Juni 2014

Pengelolaan Lingkungan Rumah Dengan Sistem Panen Hujan

Pengelolaan Lingkungan Rumah Dengan Sistem Panen Hujan

Hujan, hujan, hujan..... Itulah yang biasa kita katakan bila hujan datang dan sumpah serapah lainnya. Karena hujan banyak sekali aktifitas terhenti, air yang turun dari langit-langit rumah, jalan-jalan becek, serta daerah yang banjir jika turun hujan. Namun ada yang memanfaatkan air hujan, pernah mendengar tentang air hujan buat aki ? Hal itu mungkin baru segelintir dari kita mau berfikir tentang pemanfaatan air hujan. Dikarenakan hujan secara teori merupakan hasil dari evaporasi sebagian besar dari laut sebagian lagi dari permukaan bumi ini. Air hujan termasuk air bersih, dan juga mensucikan bagi orang muslim karena bisa dipakai untuk menjadi air wudhu. Jika kita mau berfikir hujan adalah rahmat. Untuk mengendalikan hal besar kita harus memulainya dari hal yang terkecil. Air hujan yang keluar dari langit-langit rumah yang bocor kita tampung pake ember bisa aja penuh, apalagi jika hujan itu terus  menerus dalam intensitas yang tinggi. wajarkan kalau bumi ini bisa banjir.

Sistem Panen Hujan
Nah ini kedengarannya asyik, karena kita biasa mendengar kata panen dari hasil pertanian, perkebunan ataupun dari perikanan. Sama halnya dengan kata panen dalam ketiga bidang tersebut, kita hanya mengumpulkan setitik demi setitik air hujan yang jatuh ke bumi. Panen hujan merupakan suatu cara menampung air pada musim hujan untuk dapat dipergunakan pada saat musim kemarau.Jangan takut dan ragu jika kita memanen air hujan tidak akan terkena bayaran seperti PDAM ataupun tagihan dari pemerintah tentang pajak air hujan. Sebenarnya dari zaman dahulu air hujan sudah mulai ditampung dan disimpan pada gentong-gentong ukuran lumayan besar, yang dipakai untuk minum, mandi dan keperluan rumah tangga lainnya.


Jumlah air di bumi sangat banyak; namun jumlah air bersih yang tersedia belum dapat memenuhi permintaan sehingga banyak orang menderita kekurangan air. Chiras (2009) menyebutkan bahwa kekurangan air dipicu naiknya permintaan seiring peningkatan populasi, tidak meratanya distribusi air, meningkatnya polusi air dan pemakaian air yang tidak efisien. Beberapa penelitian mengindetifikasi bahwa pada rumah tangga kekurangan air diperburuk kebocoran air akibat kerusakan home appliances yang tidak segera diperbaiki, pemakaian home appliances yang boros air, perilaku buruk dalam pemakaian air, dan minimnya pemanfaatan air hujan sebagai sumber air alternatif. Pemakaian air yang tidak terkontrol akan mengancam keberlanjutan air, sehingga perlu dilakukan konservasi air. Salah satu metode konservasi air dalam rumah tangga adalah memanen air hujan, yaitu mengumpulkan, menampung dan menyimpan air hujan.
Secara ekologis ada empat alasan mengapa memanen air hujan penting untuk konservasi air (Worm, Janette & Hattum, Tim van, 2006), yaitu:
  1. Peningkatan kebutuhan terhadap air berakibat meningkatnya pengambilan air bawah tanah sehingga mengurangi cadangan air bawah tanah. Sistem pemanenan air hujan merupakan alternatif yang bermanfaat.
  2. Keberadaan air dari sumber air seperti danau, sungai, dan air bawah tanah sangat fluktuatif. Mengumpulkan dan menyimpan air hujan dapat menjadi solusi saat kualitas air permukaan, seperti air danau atau sungai, menjadi rendah selama musim hujan, sebagaimana sering terjadi di Bangladesh.
  3. Sumber air lain biasanya terletak jauh dari rumah atau komunitas pemakai. Mengumpulkan dan menyimpan air di dekat rumah akan meningkatkan akses terhadap persediaan air dan berdampak positif pada kesehatan serta memperkuat rasa kepemilikan pemakai terhadap sumber air alternatif ini.
  4. Persediaan air dapat tercemar oleh kegiatan industri mupun limbah kegiatan manusia misalnya masuknya mineral seperti arsenic, garam atau fluoride. Sedangkan kualitas air hujan secara umum relatif baik.
Ada tiga komponen dasar yang harus ada dalam sistem pemanenan air hujan yaitu:
  1. Catchment, yaitu penangkap air hujan berupa permukaan atap
  2. Distribution System, yaitu sistem penyaluran air hujan dari atap ke tempat penampungan melalui talang dan pemipaan.
  3. Storage Reservoir, yaitu tempat penyimpan air hujan berupa tong, bak atau kolam.
  4. Komponen dasar diatas secara optional dapat dilengkapi dengan komponen pendukung seperti pompa air untuk memompa air dari bak atau kolam penampung. (Worm, Janette & van Hattum, Tim 2006; Chao-Hsien Liaw & Yao-Lung Tsai 2004).

Kendala yang dihadapi dalam memanen air hujan antara lain frekuensi dan kuantitas hujan yang fluktuatif serta kualitas air hujan belum memenuhi pedoman standar air bersih WHO. Ada dua isu terkait kualitas air hujan, yaitu isu bacteriological water quality dan isu insect vector.
  • Bacteriological Water Quality. Air hujan dapat terkontaminasi oleh kotoran yang ada di catchment area (atap) sehingga disarankan untuk menjaga kebersihan atap. Penampung air hujan juga harus memiliki tutup agar terhindar dari kotoran. Bacteria tidak dapat hidup di air yang bersih. Lumut dapat hidup jika ada sinar matahari menembus tong penampung air, oleh sebab itu tong penampung air hujan sebaiknya dibiarkan gelap dan diletakkan di tempat teduh agar lumut tidak dapat tumbuh.
  • Insect Vector. Serangga dapat berkembang biak dengan meletakkan telurnya dalam air. Oleh karena itu sebaiknya tong penampung air ditutup rapat untuk menghindari masuknya serangga seperti nyamuk.
Ada beberapa metode perlakuan sederhana dalam pemakaian air hujan, antara lain: 
  1. Merebus air akan mematikan bakteri
  2. Menambahkan chlorine (35ml sodium hypochlorite per 1000 liter air) akan mendisinfeksi air
  3. Filtrasi pasir (biosand) akan menghilangkan organisme berbahaya (Thomas, tanpa tahun). Worm & van Hattum (2006) menyebutkan sekarang dikembangkan teknik SODIS (Solar Water Disinfection) yaitu botol plastic yang sudah dicat hitam diisi air dan dijemur beberapa jam dengan tujuan untuk mematikan bacteria dan mikroorganisme dalam air hujan.
Di Taiwan secara tradisional praktek memanen air hujan banyak dilakukan di daerah yang memiliki persediaan sumber air permukaan atau air bawah tanah yang terbatas (Chao-Hsien Liaw & Yao-Lung Tsai 2004). Hasil pengamatan penulis menunjukkan meskipun memanen air hujan merupakan teknik yang sederhana, murah dan tidak membutuhkan keahlian atau pengetahuan khusus namun belum banyak dilakukan di Indonesia. Padahal praktek memanen air hujan penting sebagai alternative sumber air. Diperkirakan sebagian besar masyarakat belum menyadari pentingnya memanen air hujan sebagai salah satu upaya menghemat air akibat kurangnya pengetahuan dan informasi. Selain itu kemungkinan masyarakat juga merasa yakin tidak akan mengalami kekurangan air karena secara umum air melimpah di Indonesia. Untuk mengetahui lebih detail mengenai hal itu tentu perlu dilakukan penelitian secara lebih lanjut.Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa diperlukan :
  1. Peran pemerintah agar praktek memanen air hujan dapat dilakukan secara luas.
  2. Pemerintah perlu melakukan komunikasi, informasi dan edukasi public agar masyarakat dapat tertarik perhatiannya, memahami, menyadari dan bersedia melakukannya di rumah masing-masing. Jika memanen air hujan dipraktekkan secara luas, maka masalah kekurangan air pada rumah tangga dapat dihindari.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar